Larangan platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) di Brazil telah memicu gelombang besar perpindahan pengguna ke alternatif seperti Bluesky dan Threads.
Keputusan ini datang setelah CEO X, Elon Musk, menolak untuk menunjuk perwakilan hukum di Brazil, yang menurut Mahkamah Agung Brazil, adalah pelanggaran hukum yang tidak bisa ditoleransi. Simak berita lengkapnya berikut ini!
Mahkamah Agung Brazil Tegaskan Larangan X
Pada 2 September 2024, Mahkamah Agung Brazil secara bulat mendukung keputusan untuk melarang X di wilayah negara tersebut. Langkah ini diambil setelah Musk gagal mematuhi perintah Mahkamah Agung untuk menunjuk perwakilan hukum di Brazil.
Ketua Mahkamah Agung, Luis Roberto Barroso, menegaskan bahwa perusahaan yang menolak untuk mematuhi hukum Brazil tidak dapat beroperasi di wilayah negara tersebut.
Pengguna Memiliki Kontrol Penuh atas Data yang Disimpan di ChatGPT
Meskipun larangan tersebut diterapkan secara luas, banyak pengguna Brazil yang mencari cara untuk tetap mengakses X melalui jaringan pribadi virtual (VPN). Namun, Mahkamah Agung Brazil telah memperketat aturan dengan menetapkan denda harian sebesar 50.000 real (sekitar €8.000) bagi individu atau perusahaan yang menggunakan VPN untuk mengakses X.
Langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli hukum dan kebebasan berpendapat. Beberapa ahli menyebut tindakan ini sebagai bentuk otoritarianisme, dan Asosiasi Pengacara Brazil menyatakan akan meminta Mahkamah Agung untuk meninjau kembali keputusan tersebut. Mereka berpendapat bahwa sanksi tidak boleh dijatuhkan secara sepihak tanpa proses hukum yang adil.
Empat Area Penting Pengembangan AI
Pichai menyoroti empat bidang utama di mana AI dapat memberikan dampak signifikan.
Membantu orang mengakses informasi dalam bahasa mereka sendiri.
Mempercepat penemuan ilmiah yang dapat memberikan solusi untuk berbagai tantangan global.
Memberikan peringatan dini terhadap bencana iklim, yang penting dalam era perubahan iklim saat ini.
AI memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global.
Meski begitu, Pichai juga memperingatkan bahwa perkembangan AI membawa risiko, salah satunya adalah kemunculan deep fakes yang dapat menyesatkan masyarakat. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya pendekatan regulasi yang bijaksana untuk menghindari dampak negatif dari teknologi ini.